Sabtu, 11 Oktober 2014

DEMOKRASI INDONESIA

“Jika membaca tulisan ini, sebaiknya baca lah sampai habis, karena jika membaca setengah saja, takut ada kesalah pahaman diantara kita.”

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera bagi kita semua

 “Demokrasi” di Indonesia

Sebuah Pendapat yang menjadi Renungan..       

Sejak dahulu hingga kini, Indonesia berusaha menjadi Negara yang selalu menerapkan demokrasi dalam setiap kehidupan, mulai dari unsur social, ekonomi, politik, bahkan sampai agama. Namun, apakah kita pernah sadar apa sejatinya demokrasi tersebut ? APakah demokrasi itu sangat penting ? atau demokrasi hanyalah produk buatan sebuah negeri untuk dengan tujuan yang salah ? Sejatinya Kata Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, yang terbentuk dari (dêmos) "rakyat" dan (kratos) "kekuatan" atau "kekuasaan". Ya benar, memang arti demokrasi dari bahasa yunani adalah kekuasaan rakyat, dan memang itulah yang diterapkan di bangsa ini juga. Apakah kita pernah berpikir, apakah kekuasaan rakyat itu adalah hal yang terbaik untuk melaksanakan pemerintahan di Indonesia ini ? Atau ada hal lain yang sebaiknya diterapkan di Negara ini.

Secara bahsa Demokrasi bukanlah kata yang cocok bagi Indonesia. Jika diartikan demokrasi berasal dari “demos” yang mirip dengan kata ‘demo’, dan “krasi” yang mirip kata crazy. Ya, disadari atau tidak hal tersebut dapat mempengaruhi pikiran-pikiran manusia Indonesia. Dalam ilmu psikologi apabila ada suatu kata yang dapat mempengaruhi pikiran alam bawah sadar kita, maka kata hal tersebut akan menjadi bagian dari tingkah laku kita, karena pikiran alam bawah sadar tidak dapat memilih benar atau salah, yang bisa adalah pikiran sadar. Namun, karena kita sangat sering melihat kata tersebut, sehingga kata tersebut masuk kedalam pikiran bawah sadar kita. Maka, tak usah bertanya lagi kenapa di dunia, khususnya Indonesia banyak terjadi demo (gerakan protes) yang menggila, yang justru bukan menyampaikan pendapatnya, tetapi malah merusak fasilitas – fasilitas umum yang telah disediakan pemerintah. Memang bukan hal yang harus di pusingkan lagi kenapa banyak demo di Indonesia. Salah satunya adalah pengaruh dari demokrasi tersebut.

Demokrasi mengizinkan rakyat untuk berbuat sesuai kekuasaanya. Karena kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Artinya jika pemerintahan atau suatu instansi tidak sesuai keingingan rakyat, maka rakyat berhak prote. Padahal, di dalam agama diterangkan bahwa kita tidak boleh membuka aib atau kesalahan pemerintahan dengan cara protes secara terbuka didepan rakyatnya. Agama mengajarkan bahwa kita harus mengingatkan dan menyadarkan pemerintah secara pelan dan halus, melalui pertemuan – pertemuan tertutup, agar kejelekkan pemimpin tidak diketahui rakyatnya, karena pemimpin juga manusia yang mempunyai harga diri yang tidak boleh direndahkan. Betapa agama menjujung tinggi pemerintahan, bahkan dalam firmanNya diterangkan bahwa kita harus mentaati Allah, mentaati Rasul, dan Mentaati Para Pemimpin. Agama mengajarkan agar kita mentaati pemimpin ketika pemimpin benar, dan mengingatkannya saat salah, tapi dengan cara yang baik dan tertutup dari muka umum. Sudah jelas bahwa efek dari demokrasi ini telah dilarang oleh agama. Lalu apakah kita masih yakin demokrasi itu baik ?.

Itu adalah hal pertama yang harus kita renungkan sebagai rakyat yang cerdas yang menghuni Negara Indonesia. Hal berikutnya adalah apakah kita berpikir apabila kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat, lalu apabila raktyatnya yang salah, apakah kita mau Negara ini di pimpin oleh pemerintahan yang salah juga ?, karena sebagian besar rakyat memilih yang salah. Dalam demokrasi, maka suara terbanyak adalah suara yang menang, walaupun yang terbanyak itu salah. Contohnya, apabila kepala desa ingin membangun jembatan di sebuah desa karena jembatan yang lama sudah mau rusak. Kepala desa butuh biaya untuk membangun jembatan itu. Sehingga kepala desa butuh uang rakyat untuk membangun jembatan itu, dengan cara patungan rakyatnya. Tapi, ada rakyat yang setuju da nada yang tidak. Akan tetapi, karena sebagian rakyat tidak setuju untuk patungan, akhirnya kepala desa tidak punya uang, dan jembatan tersebut tidak jadi dibangun. Hasilnya sebulan kemudian terjadi kecelakaan hebat dijembatan tersebut yang justru menewaskan banyak orang di desa tersebut. Ya itulah hal kecil apabila kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat dan sebagian besar suara rakyat adalah suatu hal yang salah, maka bukannya memajukan Negara ini justru akan menghancurkan Negara ini.

Lalu, apakah ada selain demokrasi yang baik untuk Negara ini ? Apakah kita mau kembali ke kekuasaan tertinggi berada ditangan pemerintah ? lalu apakah kita mau kembali ke zaman otoriter pemerintah ?. Akan tetapi, apakah kita tidak pernah merasa, pada zaman ini walaupun berlabel demokrasi, tetapi kekuasaan tertinggi tetap pemerintahan yang pegang bukan rakyat. Bahkan ketika sebagian besar rakyat benar, justru pemerintah seperti menjadi kekuasaan yang tertinggi, tapi jika sebagian besar rakyat salah, barulah saat ini kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat. Sepertinya, Negara ini memang akan menuju kehancuran apabila hal ini terus berlanjut. Memang sudah menjadi rahasia umum, setiap Negara di dunia ini seperti ada yang mengendalikan dari luar, ya termasuk Indonesia. Saya tidak akan menjelaskan pengaruh apa disini, tapi bagi yang ingin tahu silahkan baca buku (Art Of Deception, atau buku New World Order). Didalam buku itu kita akan mengetahui betapa ada Negara adidaya dengan kekuatan yang dapat menguasai dan mengatur dunia.

Kembali ke demokrasi, lalu bagaimana mengatasi semua hal itu ? Apakah kita harus kembali ke kekuasaan di tangan pemerintah atau tetap kekuasaan berada di tangan rakyat ?. Jawabanya adalah kita harus melaksanakan kedua hal tersebut, dan menjauh dari sistem pengaruh luar yang dapat mengahncurkan Negara ini. Sudah jelas didalam agama kita harus patuh terhadap pemerintah yang artinya kekuasaan berada dipemerintahan, tapi didalam agama juga diterangkan bahwa nasib suatu bangsa tidak akan berubah, sampai bangsa (rakyat) mau merubahnya, yang artinya kekuasaan berada ditangan rakyat. Dari hal tersebut kesimpulan utamanya adalah bahwa Negara Indonesia harus menganut sistem pemerintahan yang berdasarkan agama yang bahkan telah tercantum pada sila ke 4 pada Pancasila, yaitu musyawarah mufakat, bukan “Demokrasi” atau “Otoriter”.

Sudah seharusnya orang-orang yang akan duduk pada kursi pemerintahan adalah orang-orang pilihan agama, bukan pilihan rakyat. Karena orang-orang pilihan agama akan lebih dapat dipercaya karena orang-orang pilihan agama akan takut dan tunduk pada Tuhan Yang Maha Esa, bukan kepada kekuasaan, bukan kepada rakyat. Artinya, jika ada yang salah di pemerintahan, orang-orang ini akan intropeksi mencari kesalahanya apa dan mencari solusinya, dan bantuan dalam bentuk solusi kepada rakyat untuk menyelesaikan kesalahan tersebut. Dan apabila rakyat yang salah orang-orang tersebut tidak akan mengikuti kehendak rakyatnya, karena sejatinya tujuan orang-orang tersebut adalah hal baik untuk rakyat ini. Ya, Marilah kita menjadi rakyat yang cerdas berpikir dan taat kepada agama, agar kita tidak terjerumus dalam kesesatan dan kesalahan dalam memilih pemerintahan dan tersesat dalam kesalahan yang justru merusak bangsa ini.

“Berbicara agama sebagai landasan pemerintahan, bukanlah sesuatu yang “sesat” seperti yang digambarkan oleh kaum sesat seperti “isis” dan sebagainya yang berusaha menjadikan Negara menjadi Negara keagamaan. Sejatinya, mereka adalah bagian rakyat yang salah yang tidak perlu diikuti. Saya bukanlah ingin menjadikan Negara ini Negara keagamaan, tapi saya ingin agar Negara ini menerapkan aturan dan norma keagamaan dalam menjalankan pemerintahan dan kehidupan bernegara dan bermasyarakat, agar kita selalu berada pada jalan yang baik dan benar, agar pemerintahan kita dapat dipercaya dan dapat membangun bangsa ini bersama rakyat yang cerdas yang juga dapat dipercaya yang tidak akan menipu satu sama lain. Melainkan saling membantu bergotong royong , bersatu membangun Negara Indonesia yang lebih Maju, Sejahtera, dan disegani oleh Negara Lainnya”

Terima Kasih,
Salam Indonesia Bangkit
Indonesia Jaya

Sumber Inspirasi :
Wikipedia tentang demokrasi
Buku Art Of Deception
Novel Negeri Para Bedebah dan Negari di ujung tanduk

Sabtu, 04 Oktober 2014

Pengenalan

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Biodata Diri

Nama                               : Achyar Maulana Pratama
Nama Panggilan              : Achyar
Tempat/Tanggal Lahir    : Jakarta / 3 Januari 1995
Agama                             : Islam
Pendidikan                      : SDN Bidaracina 01 Pagi, Jakarta (Kelas 1)
                                          SDN Aren Jaya, Bekasi (Kelas 2)
                                          SDI Talmiah (Mental dan Ilmiah), Jakarta
                                          SMP Negeri 26 Jakarta
                                          SMA Negeri 37 Jakarta, Jakarta Selatan
Teknik Elektro'12 Universitas Indonesia
Tempat Tinggal               : Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia
Hobi                                 : Olahraga, Musik, dan Menonton serta Baca Buku
Motto Hidup                    : QS. Al-Baqarah: 148, QS. Ar-Ra’du ayat 22,
 QS Al-Ankabut [29]: 6, QS. Hud ayat 114,

 QS Al-Insyiroh [94]:5-6.